Jumat, 17 Desember 2010

TRAUMA KEPALA


Pendahuluan (1,2)
            Di negara-negara yang sudah maju trauma kapitis merupakan 26% penyebab seseorang tidak lagi dapat melakukan pekerjaannya dalam waktu panjang setelah terjadinya kecelakaan. Sekitar 33% trauma kepala menyebabkan kematian. 50% dari penyebab trauma kepala adalah kecelakaan lalu lintas, selain itu juga didapat akibat pukulan atau karena terjatuh.
Kematian dan cacat yang menetap akibat trauma kepala 50% disebabkan oleh trauma secara langsung dan 50% disebabkan oleh gangguan peredaran darah sebagai komplikasi yang terkait secara tidak langsung pada trauma.

Definisi (2)

Trauma kepala merupakan terjadinya trauma yang menyebabkan kerusakan pada kulit kepala, tengkorak atau jaringan otak. Trauma ini dapat menyebabkan kerusakan ringan pada jaringan tengkorak sampai kerusakan jaringan otak. Trauma kepala umumnya bisa timbul akibat gaya mekanik, tetapi bisa juga karena gaya non mekanik.

Anatomi (3)
            Struktur anatomi kepala dari luar ke dalam adalah sebagai berikut:
1.      Kulit kepala
Kulit kepala terdiri dari 5 lapisan, dimana 3 lapisan pertama saling melekat dan bergerak sebagai satu unit, yaitu:
-          Kulit yang banyak mengandung kelenjar sebasea, tebal, dan berambut
-          Jaringan ikat yang merupakan jaringan lemak fibrosa
-          Aponeurosis ( epikranial)
-          Jaringan ikat longgar yang menempati ruang subaponeurotik. Jaringan ikat ini banyak mengandung arteri kecil dan v.emissaria yang penting.
-          Perikranium, merupakan periosteum yang menutupi permukaan luar tulang tengkorak.
2.      Kranium, terdiri dari beberapa sutura. Tulang tengkorak dibedakan menjadi bagian kranium dan bagian wajah. Calvaria adalah bagian atas, dan basis kranium adalah bagian terbawah dari kranium. Tulang tengkorak terdiri atas lamina kompakta eksterna dan interna yang dipisahkan oleh lapisan spongiosa.
3.      Selaput otak ( meningen)
Selaput otak terdiri dari 3 lapisan, yaitu:
Dura mater: merupakan membran fibrosa padat dan kuat yang melekat dengan kranium. Pada dura mater banyak terdapat ujung-ujung saraf sensoris. Dura mater sangat peka terhadap regangan yang berakibat sensasi berupa nyeri kepala.
Arakhnoid: merupakan membran impermiabel halus yang menutupi otak dan terletak antara pia mater dan dura mater. Berhubungan dengan dura mater melalui spatium subdural. Serta berhubungan erat dengan pia mater melalui jaringan fibrosa halus yang melintasi cairan dalan cavum subarakhnoid.
Pia mater: merupakan membran vaskular yang dengan erat membungkus otak, girus, dan saraf kranialis. Arteri serebri yang masuk ke otak juga diselubungi oleh pia mater.
4.      Otak: merupakan bagian susunan saraf pusat yang terletak dalam kavum kranium dan berlanjut sebagai medulla spinalis setelah melalui foramen magnum.

Patofisiologi (4)
            Secara sederhana tulang tengkorak dan jaringan otak dapat digambarkan sebagai sebuah kotak tertutup yang berisi agar-agar.
Terdapat beberapa mekanisme yang timbul akibat trauma kepala, yaitu:
Ø  Translasi:
A. Akselerasi
Bila kepala yang bergerak ke satu arah, tiba-tiba mendapat gaya yang kuat searah dengan gerakan kepala maka kepala akan mendapat percepatan (akselerasi) pada arah tersebut. Mula-mula tengkorak yang bergerak lebih cepat, jaringan otak masih diam, kemudian jaringan otak ikut bergerak ke arah yang sama. Peristiwa ini terjadi dalam waktu yang sangat singkat. Pada peristiwa ini terjadi gesekan antara jaringan otak dan dasar tengkorak serta terjadi benturan antara jaringan otak dan dinding tengkorak. Mekanisme akselerasi dapat menyebabkan luka/robekan /laserasi pada bagian bawah jaringan otak dan memar pada jaringan otak.
            B. Deselerasi
Bila kepala bergerak dengan cepat ke satu arah dan tiba-tiba dihentikan oleh suatu benda, misalnya kepala menabrak tembok maka kepala tiba-tiba terhenti gerakannya. Kepala mengalami deselerasi (perlambatan) secara mendadak. Mula-mula tengkorak akan terhenti gerakannya, jaringan otak masih bergerak kemudian jaringan otak terhenti gerakannya karena menabrak tengkorak. Peristiwa ini terjadi sangat cepat dan singkat. Mekanisme deselerasi dapat menyebabkan kelainan yang serupa dengan akselerasi.
Ø  Rotasi
Batang otak terletak dibagian tengah jaringan otak dan berjalan vertikal ke arah foramen magnum, sehingga seolah-olah terletak pada satu aksis. Bila tengkorak tiba-tiba mendapat gaya mendadak, misalnya pada bagian depan (frontal) atau pada bagian belakang (oksipital), maka otak akan berputar pada sumbunya. Mekanisme rotasi dapat menyebabkan laserasi dari bagian bawah jaringan otak dan kerusakan pada batang otak. Kerusakan pada batang otak merupakan peristiwa yang mematikan. Mekanisme rotasi ini dapat terjadi pada petinju yang mendapat pukulan yang sangat keras.
Dalam kejadian yang sebenarnya, trauma kepala akibat kecelakaan lalu lintas ketiga mekanisme tersebut dapat terjadi.
Terdapat 2 tahapan kerusakan jaringan otak setelah terjadinya trauma kepala:
1.      Kerusakan primer ( primary damage)
Yaitu kerusakan yang terjadi pada saat trauma kepala, dapat berbentuk laerasi kulit kepala, fraktur tulang tengkorak, laserasi, dan kontusio dari jaringan otak dan diffuse axional injury (DAI). DAI disebabkan banyaknya serabut saraf pada jaringan otak yang terputus saat terjadi trauma. DAI terjadi karena edema jaringan otak. DAI ditandai dengan adanya koma yang lama yang terjadi segera setelah trauma kepala berat.
2.      Kerusakan sekunder
Yaitu kerusakan yang terjadi akibat komplikasi dari proses yang tejadi saat trauma kepala dan baru menunjukkan gejala beberapa saat kemudian.

Klasifikasi Trauma kepala (2,5)

1.      Fraktur tengkorak :
Fraktur tengkorak ialah terjadinya diskontinyuitas jaringan tulang yang melindungi otak dan struktur lain yang meliputinya, terdiri dari :
  1. Fraktur linear : Merupakan trauma yang umumnya terjadi, sering terjadi pada anak. Fraktur linear merupakan kerukan yang simpel pada jaringan tengkorak yang mengikuti garis lurus. Hal ini dapat terjadi setelah terjadinya trauma kepala ringan ( terjatuh, terpukul, kecelakaan sepeda motor ringan ). Fraktur linear bukanlah trauma yang serius kecuali pada trauma yang agak berat dapat mengenai jaringan otak.
  2. Fraktur impresi : Hal ini umumnya terjadi setelah bertabrakan dengan kekuatan besar dengan benda tumpul seperti : palu,  batu, atau benda berat lainnya. Trauma ini dapat menyebabkan lekukan pada tulang tengkorak dan menekan jaringan otak. apabila kedalaman dari fraktur impresi ini sama dengan ketebalan tulang tengkorak ( ¼ - ½ inchi ), operasi selalu dilakukan untuk mengangkat potongan tulang dan untuk melihat kerusakan otak yang diakibatkan oleh trauma ini. Fraktur impresi yang minimal lebih tipis dari ketebalan tulang. Fraktur ini umumnya tidak perlu dioperasi kecuali dijumpai kerusakan lain. Fraktur ini dapat merobek dura mater dan merusak jaringan otak dibawahnya serta menimbulkan perdarahan.
  3. Fraktur basiler : merupakan fraktur yang terjadi dasar tengkorak yang diakibatkan dari trauma tumpul yang berat pada kepala dengan kekuatan yang signifikan. Fraktur basiler umumnya mengenai rongga sinus. Hubungan ini dapat menyebabkan udara atau cairan masuk kedalam tengkorak dan menyebabkan infeksi. Pembedahan umumnya tidak diperlukan kecuali ditemukan kerusakan lain.
2.      Perdarahan Intra kranial :
  1. Subdural Hematom : Merupakan perdarahan yang terjadi diantara jaringan otak dan duramater. Biasanya terjadi di daerah parietal. Peregangan dan robekan pada bridging vein diantara otak dan duramater merupakan penyebab dari tipe perdarahan ini. Subdural hematom terjadi secara akut, terjadi secara tiba – tiba setelah trauma, atau kronik, proses akumulasi yang lambat terjadi setelah trauma. Subdural hematom kronis umumnya terjadi pada usia tua yang mempunyai bridging vein yang rapuh dan teregang dan dengan mudah dapat mengalami perdarahan setelah trauma ringan. Bila terjadi akut, hal ini menunjukkan trauma kepala yang berat. Sering perdarahan subdural baru manifes setelah 2-3 minggu paska trauma. Dapat terjadi sakit kepala, kelemahan anggota gerak sesisi dan bahkan penurunan kesadaran. Keadaan umumnya serius dan memerlukan terapi operatif.
  2. Epidural Hematom : Merupakan perdarahan yang terjadi diantara duramater dan tulang tengorak. Perdarahan umumnya terjadi pada daerah temporal. Drah akan menekan jaringan otak ke arah medial dan menyebabkan penekanan terhadap n.III sehingga pupil yang sepihak dengan epidural hematom akan midriasis ( melebar) dan perangsangan cahaya akan negatif. Hal ini umumnya terjadi ketika putusnya arteri meningia media.. Epidural hematom merupakan kasus yang serius dan selalu memerlukan pembedahan.
  3. Perdarahan intra parenkim/Contusio Cerebri : Merupakan perdarahan yang terjadi dalam jaringan otak akibat putusnya pembuluh darah dalam jaringan otak. Contusio merupakan memar pada jaringan otak. Banyak dokter menganjurkan pada pasien dengan contusio cerebri untuk dilakukan observasi di Rumah sakit untuk mengatasi komplikasi seperti edema cerebri. Perdarahan intra parenkimal dapat menyababkan terkumpulnya darah pada jaringan otak. Perdarahan yang sedikit dapat berhenti tanpa dilakukan terapi tanpa menyebabkan masalah yang serius. Perdarahan yang banyak atau perdarahan yang lebih serius umumnya memerlukan tindakan pembedahan tetapi biasanya dengan cacat yang menetap. Pada perdarahan intraparenkimal ini penderita akan cepat kehilangan kesadaran.
3.      Trauma kepala tertutup
Hal ini menjelaskan mengenai trauma yang mengenai otak atau struktur jaringan tengkorak yang tidak menyebabkan trauma terbuka ( seperti luka tembak atau luka tusuk ). Hal ini bervariasi dari kerusakan ringan sampai kerusakan yang fatal.

Etiologi (2,6)

Pada seluruh tipe kerusakan otak umumnya disebabkan oleh trauma. Di Amerika Serikat pada usia dewasa trauma umumnya terjadi akibat kecelakaan kenderaan bermotor, jatuh, dan perkelahian. Pada anak – anak jatuh diakibatkan oleh aktivitas rekreasi seperti bersepeda, dan sepatu roda. Dalam jumlah kecil tapi bermakna trauma kepala pada anak – anak disebabkan oleh penyiksaan pada anak.

1.      Trauma tumpul :
Kerusakan dapat terjadi akibat pukulan secara langsung ( dengan pentungan atau senjata yang besar) atau kekuatan deselerasi yang cepat ( jatuh atau kecelakaan pada kendaraan bermotor ).
2.      Trauma tembus :
Disebabkan oleh peluru atau benda tajam ( seperti pisau, obeng ) dapat masuk kedalam tulang tengkorak. Sehingga menyebabkan trauma tembus pada kepala. Trauma ini selalu memerlukan pembedahan untuk mengangkat kotoran pada jaringan otak. Kerusakan awal dapat menyebabkan kematian terutama akibat tembakan peluru.

Gambaran Klinis (1,2,6)

Gejala dan tanda pada trauma kepala bervariasi tergantung tipe dan beratnya kerusakan.
1.      Trauma Kepala tumpul yang ringan dapat hanya menimbulkan gejala berupa pusing atau gangguan kesadaran yang singkat. Hal ini juga dapat menyebabkan sakit kepala, penglihatan yang kabur, mual dan muntah.
2.      Trauma kepala tumpul yang berat dapat menyebabkan gangguan kesadaran yang berlangsung beberapa menit sampai dengan beberapa hari atau lebih. Kejang dapat dijumpai, kadang – kadang pada keadaan yang berat akan ditemui defisit neurologis yang permanen atau kematian. Defisit neurologis yang diakibatkan oleh trauma kepala menyerupai keadaan pada stroke yang terdiri dari kelumpuhan, kejang, kesulitan dalam berbicara, melihat, mendengar, dan berjalan.
3.      Trauma tembus dapat menyebabkan gejala yang segera terjadi, berat, atau gejala yang ringan saja meskipun trauma yang berpotensial mengancam jiwa kematian dapat terjadi pada awal trauma. Beberapa gejala yang serius akibat trauma tumpul pada kepala dapat dijumpai.
Saat untuk mendapat perawatan medis
Seseorang yang dalam keadaan darurat seharusnya segera dirawat apabila berpotensi menjadi trauma kepala yang serius.
Ø  Penderita yang bertabrakan dengan benda keras tapi tidak terjadi penurunan kesadaran
Ø  Muntah lebih dari satu kali
Ø  Bingung
Ø  Mengantuk
Ø  Lemah atau tidak mampu untuk berjalan
Ø  Nyeri kepala yang hebat
Pasien dengan trauma berat harus segera dibawa ke Unit Gawat Darurat, meliputi keadaan di bawah ini :
v  Trauma kepala yang berat atau jatuh dari ketinggian atau jatuh pada dasar yang keras
v  Penurunan kesadaran lebih dari 1 menit, muntah lebih dari 1 kali, bingung, mengantuk, lemah atau tidak mampu untuk berjalan atau nyeri kepala yang hebat.
® Cegah pergerakan pada daerah leher pada trauma kepala berat atau bila dijumpai nyeri leher. Apabila penderita hendak muntah, balikkan penderita ke sisi yang lain dengsn hati – hati tanpa mengganggu posisi kepala.
v  Apakah penderita trauma diperbolehkan untuk tidur?banyak orang seringkali keliru mempercayai bahwa penting untuk menjaga penderita agar tetap terbangun/terjaga setelah mereka ditabrak pada daerah kepala. Pada anak-anak umumnya emosionalnya lebih terganggu daripada mereka mengalami trauma fisik setelah trauma yang ringan. Mereka akan segera menangis, dan ketika orangtua mereka buru-buru membawanya ke rumah sakit, anak mulai tenang kembali. Anak tersebut umumnya menghabiskan banyak energi dan emosional dan setelah itu akan tertidur.
Banyak penderita yang awalnya terlihat normal setelah mengalami trauma kepala kemudian tidak dapat dibangunkan kembali atau sangat sulit untuk dibangunkan , penderita ini mungkin mengalami trauma kepala yang lebih serius dan harus segera dievaluasi oleh dokter.

Pemeriksaan Diagnostik (2,6)

            Meskipun alat pemeriksaan diagnostik yang modern telah lazim digunakan, namun pemeriksaan fisik dan riwayat terjadinya trauma secara detail, riwayat terapi medik yang lalu, gejala merupakan informasi yang penting bagi dokter untuk memberikan terapi.
1.      Foto tulang tengkorak
Pemeriksaan foto tulang tengkorak perlu dilakukan untuk mencari fraktur pada tulang tengkorak. Terlihatnya fraktur pada tulang tengkorak yang terlihat pada foto tidaklah memberikan arti bahwa trauma telah mengenai jaringan otak, dan tidak dijumpainya fraktur pada tulang tengkorak tidak menandakan bahwa jaringan otak tidak mengalami kerusakan. Dengan atau tanpa fraktur, faktor terpenting yang sangat menentukan adalah apabila dijumpai kerusakan pada jaringan otak. Meskipun fraktur ditemukan, seorang dokter tidak perlu membalut kepala penderita seperti mereka merawat penderita dengan fraktur pada lengan. Foto tengkorak saat ini tidak terlalu sering digunakan
2.      CT Scan
Lebih sering digunakan untuk mengevaluasi trauma kepala akut. CT Scan berguna untuk mengidentifikasi kerusakan jaringan otak. CT Scan merupakan sinar x multipel yang dapat mengambil semua bagian kepala. Dengan menggunakan imaging ini struktur otak dan tulang tengkorak dapat terlihat.
3.      MRI
Jarang digunakan segera setelah terjadinya trauma kepala. MRI berguna sebagai informasi tambahan tentang trauma kepala dikemudian hari
4.      Angiografi
Pada beberapa kasus angiografi berfungsi terutama pada perdarahan  disekitar jaringan otak

Penatalaksanaan (2,5)
Tujuan :
1.      Memperbaiki keadaan fisiologis tubuh
2.      Memperbaiki akibat cedera otak primer
3.      Mencegah terjadinya cedera otak sekunder
Terapi medik :
Terapi bervariasi tergantung pada tipe dan beratnya trauma
1.      Trauma kepala ringan  dapat dirawat dirumah selama ada yang mengontrol pearawatan penderita tersebut. Penatalaksanaannya : bed rest, pemberian cairan kemudian pemberian analgetik. Kompres es dapat diberikan pada kulit kepala yang mengalami trauma untuk mengurangi rasa nyeri dan menghilangkan bengkak pada kulit kepala. Dilakukan perawatan luka dan kalau perlu diberikan anti tetanus.
2.      Penderita dengan trauma kepala yang berat selalu memerlukan perawatan di rumah sakit untuk dilakukan observasi dan mencegah semakin memburuknya keadaan penderita. Umumnya trauma kepala dapat menyebabkan peningkatan tekanan intrakranial. Apabila tekanan intrakranial terlalu tinggi maka dapat segera dilakukan tindakan pembedahan untuk dekompresi otak. Pada keadaan ini kematian dapat terjadi. Terapi untuk mencegah terjadinya kejang dapat diberikan terapi berupa: Diazepam 10 mg; Phenitoin 8-10 mg/kgbb/hr; Phenobarbital 3-5 mg/kgbb/hr. Pemberian antibiotika juga diperlukan. Tetapi pemberian antibiotika pada trauma kepala tertutup tidak begitu dianjurkan.
3.      Pasien trauma kepala dengan perdarahan intrakranial, seorang dokter harus mempertimbangkan banyak faktor untuk memberikan terapi yang tepat. Beberapa hal yang harus dipertimbangkan antara lain: lokasi perdarahan, beratnya gejala yang ditimbulkan, multipel trauma, serta progresifitas gejala yang ditimbulkan. Terapi bedah memungkinkan dilakukan pada keadaan yang berat. Selain itu perlu dilakukan monitor tekanan intrakranial, terapi untuk mengatasi kejang, dan antibiotika profilaksis. Penderita yang terdapat gangguan pernafasan dapat dilakukan intubasi.
4.      Trauma tembus pada kepala hampir selalu memerlukan teraspi pembedahan. Umumnya operasi bermanfaat untuk mengeluarkan benda asing atau mengatasi perdarahan.

Prgnosa (2)
            Prognosa pada kasus ini bervariasi tergantung pada beratnya trauma kepala. Pada trauma kepala yang ringan umumnya prognosa baik. Trauma kepala yang serius dapat sembuh sempurna, meninggal, dan dapat juga menimbulkan kecacatan yang permanen serta keadaan koma yang permanen.








DAFTAR PUSTAKA
( 1 ) Mahar Marjono, dkk, Neurologi Klinis Dasar, Edisi I, Dian Rakyat, Jakarta, 2000
(  2  ) Head Injury, available from: www.emedicinehealth.com
(  3  ) Richard S.Snell, Anatomi Klinik, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1997
(  4  ) R.Sjamsuhidajat, Buku ajar Ilmu Bedah, edisi Revisi, EGC, Jakarta, 1998
(  5  ) Head Injury, available from: www.drkoop.com
(  6  ) Traumatic Brain Injury, available from: www.headinjury.com

0 komentar:

newer post older post Home