Jumat, 17 Desember 2010

NEUROPATI


Pendahuluan (1,2)
            Neuropati perifer adalah terminologi umum yang sering digunakan untuk menggambarkan kerusakan pada saraf perifer. Seluruh bagian dari sel saraf perifer dapat mengalami kerusakan, tetapi kerusakan yang tersering ditemukan pada akson. Neuropati perifer sering dihubungkan dengan kekurangan nutrisi, beberapa penyakit, akibat penekanan, dan akibat trauma. Banyak orang menderita penyakit ini tanpa pernah mencari tahu penyebabnya.
Terdapat lebih dari 100 jenis neuropati perifer yang telah diidentifikasi, yang masing-masing mempunyai karakteristik gejala, perkembangan penyakit, dan prognosa yang berbeda-beda tergantung pada jenis saraf yang dikenai.

Anatomi (3)

Sistem saraf perifer adalah susunan saraf yang terdapat diluar medulla spinalis sampai pada yang terdapat pada tubuh.. Sistem saraf perifer adalah sistem saraf yang menyampaikan impuls dari otak dan medula spinalis ke organ tubuh . Sel saraf perifer tardiri dari 3 bagian, yaitu: badan sel, akson, dan dendrit. . Akson menyampaikan impuls dari satu sel saraf kepada sel saraf yang lainnya. Pada akson terdapat cairan yang dikenal dengan mielin yang berfungsi untuk mempercepat transmisi impuls saraf. Sistem saraf perifer terdiri dari sistem sensorik, motorik dan sistem otonom.

Defenisi (2,4)

            Neuropati perifer merupakan kegagalan saraf membawa informasi dari dan menuju otak dan medula spinalis. Hal ini dapat menyebabkan rasa nyeri, kehilangan sensasi, dan ketidak mampuan untuk mengontrol kerja otot. Neuropati merupakan keadaan yang umum terjadi. Karena terdapat banyak jenis dan penyebab dari neuropati sehingga dokter tidak selalu memiliki pengertian yang sama terhadap neuropati.

Insidensi (1,4)

            Neuropati perifer menyerang lebih dari 20 juta orang di Amerika Serikat. Sekitar 60% dari penderita Diabetes melitus menderita neuropati perifer. Insidensi yang pasti tidak dapat ditentukan jumlahnya secara pasti.

Klasifikasi (1,3,5)

Neuropati perifer dapat dibagi dalam beberapa kategori, antara lain:
1.      Berdasarkan jenis saraf yang dikenai:
Sistem motorik (yang berperan pada gerakan yang disadari/volunter)
Sistem sensorik (yang berperan pada sensai panas, nyeri, raba, dan posisi)
Sistem otonom (yang berperan dalam fungsi/gerakan yang tidak disadari)
2.      Berdasarkan pada lokasi terkena saraf:
Mononeuropati ( bila neuropati mengenai satu organ tubuh)
Polineuropati (bila neuropati mengenai banyak organ tubuh)
Neuropati simetrik (Bila neuropati mengenai pada tempat yang sama pada satu sisi tubuh)
3.      Berdasarkan penyebab:
Neuropati diabetik (neuropati akibat komplikasi Diabetes melitus)
Neuropati nutrisional (neuropati yang terjadi akibat kekurangan gizi)
Idiopatik neuropati (bila penyebab neuropati tidak diketahui)

Etiologi dan Faktor Resiko (2,4)

            Terdapat banyak penyebab yang dapat menyebabkan gangguan fungsi saraf. Pada beberapa kasus, penyebab terjadinya neuropati tidak dapat diketahui. Neuropati dapat diakibatkan oleh penyakit, tekanan pada sistem saraf, laserasi, terpapar racun, inflamasi, pada beberapa kasus neuropati banyak mengenai orang diatas usia 60 tahun.
Kerusakan saraf yang dapat menyebabkan neuropati, antara lain:
Ø  Herediter
Penyakit Charcot-marie-Tooth
Friedreich’s ataxia
Ø  Penyakit sistemik atau metabolik
Diabetes Melitus (neuropati diabetik)
Kekurangan gizi, terutama akibat defesiensi vitamin B-12
Peminum alkohol (Alkoholik neuropati)
Uremia (akibat gagal ginjal)
Kanker
Ø  Akibat Infeksi atau inflamasi
AIDS
Hepatitis
Colorado tick fever
Difteri
Sindrom Guillain Barre
Infeksi HIV yang tidak berkembang menjadi AIDS
Lepra
Poliartritis nodosa
Reumathoid Artritis
Sarkoidosis
Sifilis
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE)
Amiloid
Ø  Akibat terpapar toksin
N2O
Limbah pabrik, terutama yang bersifat cair
Logam berat, seperti arsen, merkuri, dan lain-lain.
Terhirup bahan perekat atau bahan toksik lainnya.
Ø  Neuropati akibat sekunder dari penggunaan obat (banyak obat yang dapat menyebabkan neuropati)
Ø  Penyebab lain
Iskemia (akibat kekurangan oksigen atau penurunan tekanan darah)
Terpapar udara dingin dalam jangka waktu lama.
Bell’s palsy

Carpal Tunnel Syndrom

Penekanan yang berlangsung lama pada saraf dapat menyebabkan kerusakan saraf. Kerusakan saraf akibat penekanan dapat diakibatkan imobilisasi yang berlangsung cukup lama, contohnya pada pasien paska bedah yang memerlukan perawatan dalam waktu lama, atau penekanan oleh gips, bidai, dan alat-alat lainnya.

Manifestasi Klinis (1,2,4)

            Gejala yang muncul tergantung pada jenis saraf yang dikenai, yaitu sensorik, motorik, ataupun otonom. Neuropati dapat mengenai salah satu dari jenis saraf tersebut, tetapi dapat pula mengenai dua atau ketiga jenis saraf tersebut. Gejala juga tergantung pada jumlah saraf yang rusak, pada seluruh tubuh, sebagian tubuh, atau hanya satu daerah tubuh saja.

Perubahan sensasi

Kerusakan pada saraf sensorik akan mengakibatkan perubahan sensasi, perasaan terbakar, nyeri, geli, kebas, atau mati rasa, atau ketidakmampuan untuk membedakan posisi yang dapat mengakibatkan gangguan kordinasi.
Pada kebanyakan neuropati, perubahan sensasi umumnya diawali dibagian kaki, dan berlanjut menuju pusat tubuh dengan meliputi area tubuh yang lain dan dapt mengakibatkan keadaan ini semakin memburuk.

Kesulitan utntuk bergerak

            Kerusakan pada saraf motorik menyebabkan gangguan dalam mengontrol sistem otot yang akhirnya dapat menyebabkan kelemahan, atropi, dan kehilangan ketangkasan. Kadang-kadang, kejang otot dapat juga dijumpai.
Gejala lain yang dapat ditemui, antara lain:
- Tidak mampu mengontrol kerja otot
- Kesulitan atau ketidakmampuan untuk menggerakkan bagian tubuh (paralisis)
- Atropi otot
- Kejang otot atau kram
- Kesulitan untuk bernafas atau menelan
- Terjatuh (tidak dapat menahan kaki)
- Kehilangan ketangkasan ( seperti ketidakmampuan untuk mengancing baju)

Gejala otonom

            Saraf otonom berfungsi untuk mengontrol gerakan involunter atau semi volunter, seperti kontrol terhadap gerakan organ dalam dan tekanan darah. Kerusakan pada saraf otonom dapat menyebabkan:
- Penglihatan kabur
- Gangguan dalm produksi keringat
- Pusing yang terjadi saat berdiri atau pingsan yang sering dikaitkan akibat  turunnya tekanan darah
- Intoleransi terhadap panas (penurunan kemampuan untuk mengatur suhu tubuh)
- Perut kembung
- Merasa perut penuh setelah makan dalam jumlah yang sedikit (cepat kenyang)
- Diare
- Konstipasi
- Penurunan berat badan (lebih dari 5% dari berat badan)
- Inkontinensia urine
- Merasa tidak puas saat pengosongan kandung kemih (merasa ada yang tersisa)
- Kesulitan untuk memulai buang air kecil (hesistensi urine)
- Impotensi
Beberapa jenis neuropati dapat berkembang secara cepat dan tiba-tiba, tetapi ada juga yang berkembang lambat sampai bertahun-tahun. Tingkat keparahan neuropati bervariasi pada masing-masing individu. Gejala biasanya memberat pada malam hari.

Pemeriksaan Penunjang  (1,4)
            Riwayat penyakit yang lengkap dapat mempermudah untuk mendeteksi neuropati. Pemeriksaan neurologis dapat menilai abnormalitas pada sistem gerak, sensasi, maupun kerusakan fungsi organ. Perubahan pada refleks dan kuantitas otot dapat juga dinilai dari awal diagnostik. Sangat penting untuk mencari penyebab neuropati secara dini, karena hal tersebut dapat menurunkan resiko kerusakan saraf menjadi kerusakan yang bersifat permanen.
Pemeriksaan yang dapat dilakukan antara lain:
- Pemeriksaan fisik
- Pemeriksaan neurologis
- Pemeriksaan kecepatan sistem hantaran saraf
- Elektromiografi (EMG)
- EEG
- Pungsi Lumbal
- Biopsi saraf
- Pemeriksaan darah untuk mendeteksi keadaan medik tertentu, seperti pada penderita diabetes, defesiensi vitamin, dan keadaan lainnya.
- Pemeriksaan radiologis dan imaging (bila diperlukan)
Pemeriksaan yang dilakukan pada penderita neuropati berdasarkan pada penyakit yang mendasarinya, riwayat penyakit, gejala yang muncul, dan progresifitas dari gejala yang muncul.

Pemeriksaan Kecepatan Hantar Saraf

Merupakan pemeriksaan untuk menilai kecepatan impuls yang berjalan sepanjang saraf dan mengukur respon terhadap aliran listrik. EMG menilai aktifitas listrik pada jaringan otot dan dipergunakan untuk membedakan neuropati dengan kerusakan pada otot (miopati).
Biopsi
Ketika hasil EMG kurang meyakinkan, maka biopsi jaringan otot atau jaringan saraf dapat dilakukan untuk memastikan diagnosa. Pada biopsi akan dilihat jaringan saraf atau otot secara mikroskopik dan kemudian dianalisa secara kimiawi.
EEG
Dilakukan untuk menilai aktifitas listrik pada otak dan digunakan untuk menilai fungsi otak dan mendeteksi serangan kejang (epilepsi).


Pungsi Lumbal
Dilakukan untuk menganalisa cairan serebrospinal (CSF). Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mencari sumber infeksi (seperti:meningitis), kenaikan atau penurunan kadar CSF, atau untuk memeriksa kadar protei dalam CSF.
Pemeriksaan EEG, pungsi lumbal, pemeriksaan urine dan darah, serta pemeriksaan imaging pada neuropati pada dasarnya adalah untuk mendeteksi penyakit yang mendasari terjadinya neuropati dan mendeteksi kondisi lain yang mendukung terjadinya neuropati pada keadaan-keadaan tertentu.

Penatalaksanaan (1,2,5)
            Pada banyak kasus, deteksi dini dan pengobatan penyakit yang mendasari terjadinya neuropati dapat menurunkan resiko terjadinya kerusakan saraf yang bersifat permanen. Contohnya, mengontrol kadar gula darah pada penderita diabetes akan menurunkan resiko terjadinya neuropati diabetik dan hemodialisa dapat memperbaiki neuropati pada penderita gagal ginjal.
Penatalaksanaan yang juga digunakan antara lain untuk mengurangi rasa nyeri, terapi injeksi, dan fisioterapi.
Medikasi
Obat-obatan analgetik seperti aspirin, ibuprofen sering digunakan, tetapi tidak efektif untuk mengatasi nyeri yang diakibatkan oleh neuropati.
Duloxetine Hydrokhloride (cymbalta) telah mendapat persetujuan dari FDA (food and Drug Administration) untuk mengatasi diabetik neuropati. Efek samping yang sering terjadi adalah konstipasi, diare, mulut kering, dan mual. Cymbalta dapat juga menyebabkan pusing dan rasa panas.
Walaupun antikonvulsi seperti Gabapentin (Neurontin) dan antidepresan seperti amitiptylin (Elavil) tidak mendapat persetujuan dari FDA untuk mengatasi neuropati, tetapi obat-obatan tersebut sering digunakan untuk mengatasi kondisi ini. Efek samping yang sering terjadiantara lain perasaan mengantuk, pusing, tekanan darah menurun, dan keletihan.
Obat-obat antikonvulsi lain yang digunakan seperti Carbamazepin (Tegretol), Lamotrigin (Lamictal), anastesi lokal (Lidokain), dan antiaritmia seperti Mexiletine (Mexitil). Penggunaan antikonvulsi dapat menyebabkan penurunan jumlah sel darah putih (leukopenia), mual, muntah, dan pusing. Efek samping penggunaan lidokain dan mexiletine antara lain gugup, mengantuk, tidak tahan terhadap cahaya terang, dan penglihatan ganda.
Pengobatan topikal dengan menggunakan krem Capsaicin (Zostrix) dapat dilakukan pada pasien dengan neuropati fokal. Capsaicin dapat menyebabkan rasa pedih saat dioleskan dan sering dikombinasi dengan anestesi lokal untuk menggurangi pedih akibat penggunaan obat. Kombinasi Capsaicin dan lidokain (Axsain) dapat mengurangi pedih dan rasa terbakar.
Terapi injeksi
Terapi injeksi digunakan untuk memblok saraf (contoh: Lidokain) pada daerah sekitar saraf yang terkena, yang berguna untuk meghambat pembawaan impuls saraf dari otak dan bermanfaat untuk mengurangi gejala yang bersifat sementara. Terapi dengan injeksi (penyuntikan) ini umumnya bermanfaat bila disertai dengan pengobatan lain seperti medikasi dan fisioterapi.
Pengobatan lain yang sering digunakan antara lain menghentikan penggunaan obat yang menyebabkan neuropati dan menghindari paparan zat atau racun yang dapat mengakibatkan terjadinya neuropati. Pemberian suplemen vitamin bermanfaat pada neuropati yang diakibatkan oleh defesiensi vitamin.
Terapi Fisik
Latihan atau fisioterapi, massase, dan terapi panas, serta akupuntur (menusuk jarum pada bagian tubuh tertentu) dapat digunakan untuk meringankan gejala.
            Diantara banyak cara untuk mengatasi neuropati, maka hal yang terpenting adalah mencari penyebab dan mengatasi penyakit yang mendasarinya. Karena hal ini dapat memberikan kesembuhan yang optimal pada penderita serta mengontrol gejala yang timbul. Selain cara tersebut diatas, dapat juga dilakukan terapi kerja dan intervensi ortopedik.
Pada penderita neuropati juga penting dijaga keamanannya untuk mencegah terjadinya kerusakan yang baru. Contohnya, pada pasien neuropati terutama pada multipel mononeuropati atau polineuropati posisi telungkup menyebabkan kerusakan saraf yang baru pada tempat – tempat penekanan (lutut dan siku) sehingga mereka seharusnya mencegah penekanan yang lama pada daerah ini untuk mencegah kerusakan lebih lanjut
Kerusakan pada saraf otonom biasanya diatasi dengan cara simptomatis. Keadaan ini sulit diatasi karena respon terhadap terapi kurang baik.

Komplikasi (1,4)
Ketidakmampuan untuk tidak merasa atau kerusakan dapat menyebabkan infeksi atau kerusakan struktur organ. Perubahan pada sistem penyembuhan, kehilangan jaringan, erosi jaringan, jaringan parut, dan deformitas. Komplikasi lain yang dapat terjadi :
-          Ketidakmampuan untuk bergerak baik parsial maupun komplit
-          Kehilangan sensasi parsial maupun komplit
-          Kesulitan untuk bernafas
-          Kesulitan untuk menelan
-          Aritmia jantung
-          Perubahan pada konsep diri (perubahan kepribadian)
-          Impotensi
-          Atrofi otot
Bila komplikasi ini tidak diatasi akan menyebabkan komplikasi yang lebih serius dan menyebabkan kerusakan yang irreversibel yang akhirnya dapat menyebabkan gejala depresi pada penderitanya antara lain apatis, frustasi, mengisolasi diri, dan kehilangan ingatan.

Prognosa (2,4)
Prognosa pada neuropati tergantung pada penyakiy yang mendasarinya, diagnosa dini dan pengobatan yang cepat akan menghasilkan hasil yang optimal karena kerusakan saraf dapat dihambat dan mengembalikannya ke kondisi awal.



Pencegahan (4)
Pada beberapa individu yang mempunyai predisposisi herediter untuk terjadinya neuropati mempunyai perhatian khusus sehingga untuk lebih hati – hati dan menjalani pola hidup sehat terutama membatasi penggunaan alkohol dan mengatasi masalah kesehatan dengan teratur.
Semua orang dapat menurunkan faktor resiko untuk terjadinya neuropati dengan diet yang seimbang, membatasi minum alkohol, dan mengontrol dengan baik kadar gula darah pada diabetes dan problem medis lainnya bila dijumpai.















DAFTAR PUSTAKA
( 1   ) Neuropathy, available from: www.neurologychanel.com
(  2  ) Peripheral Neuropathy, available from: www.ninds.nih.gov
(  3  ) Richard S.Snell, Anatomi Klinik, Edisi 3, EGC, Jakarta, 1997
(  4  ) Mahar Marjono, dkk, Neurologi Klinis Dasar, edisi I, Dian Rakyat, Jakarta, 2000
(  5  ) Neuropathy, available from www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article.com

1 komentar:

Anonim mengatakan...

TERIMAKASIH...sangat membantu... :)

newer post older post Home