Sabtu, 18 Desember 2010

TB Milier


Defenisi
Tuberkulosis adalah penyakit menular langsung yang disebabkan oleh bakteri Mikobakterium Tuberculosis (dan kadang-kadang oleh M. bovis dan africanum). Organisme ini disebut pula sebagai basil tahan asam. Sebagian kuman ini menyerang paru dan sebagian lainnya menyerang organ tubuh lainnya.

Kuman Tuberkulosis
            Kuman ini berbentuk batang, mempunyai sifat khusus yaitu tahan terhadap asam pada pewarnaan. Oleh karena itu disebut pula Basil Tahan Asam (BTA). Kuman TBC cepat mati dengan sinar matahari langsung, tetapi dapat bertahan hidup beberapa jam di tempat yang gelap dan lembab. Dalam jaringan tubuh kuman ini dapat dormant, tertidur lama selama beberapa tahun.

Cara Penularan
            Sumber penularan adalah penderita TBC BTA positif.
Pada waktu batuk atau bersin, penderita menyebarkan kuman ke udara dalam bentuk droplet (percikan dahak). Droplet yang mengandung kuman dapat bertahan di udara pada suhu kamar selama beberapa jam. Orang dapat tertular bila droplet itu terhirup ke dalam saluran pernapasan.
Daya penularan dari seorang penderita ditentukan oleh banyaknya kuman yang dikeluarkan dari parunya. Makin tinggi derajat positif hasil pemeriksaan dahak, makin menular penderita tersebut. Bila hasil pemeriksaan dahak negatif (tidak terlihat kuman), maka penderita itu dianggap tidak menular. 
            Kemungkinan seseorang terinfeksi TBC ditentukan oleh konsentrasi droplet dalam udara dan lamanya menghirup udara tersebut.

Klasifikasi Penyakit
1. Tuberkulosis Paru
            Tuberkulosis paru  adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura (selaput paru).
Berdasarkan hasil pemeriksaan dahak, TB Paru dapat dibagi dalam :
-          TB Paru BTA Positif.
o   Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak SPS (Sewaktu Pagi Sewaktu) hasilnya BTA positif.
o   1 spesimen dahak SPS hasilnya BTA positif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TB paru aktif.
-          TB Paru BTA negatif
Pemeriksaan 3 spesimen dahak SPS hasilnya BTA negatif dan foto rontgen dada menunjukkan gambaran TB aktif.
TB Paru BTA negatif rontgen positif dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu berat dan ringan. Bentuk berat bila gambaran foto rontgen dada memperlihatkan gambaran kerusakan paru yang luas (misalnya proses “far advanced” atau  milier ) dan/atau keadaan umum penderita buruk.
2. Tuberkulosis Ekstra Paru
           TB yang menyerang organ tubuh lain selain paru, misalnya pleura, selaput otak, selaput jantung (Pericardium), kelenjar limfe, tulang, persendian, kulit, usus, ginjal, saluran kencing, alat kelamin, dan lain-lain. TB Ekstra Paru dibagi berdasarkan tingkat keparahan penyakitnya, yaitu :
-          TB Ekstra Paru Ringan
Misalnya : TB kelenjar limfe, pleuritis eksudatifa unilateral, tulang (kecuali tulang belakang, sendi, dan kelenjar adrenal.

-          TB Ekstra Paru Berat
Misalnya : Meningitis, milier, perikarditis, peritonitis, pleuritis eksudativa duplex, TB tulang belakang, TB usus, TB saluran Kencing dan alat kelamin.

Patogenesis
Tuberkulosis Primer
Tuberkulosis primer terjadi setelah seseorang menginhalasi mikobacaterium tuberculosis. Banyaknya basil tahan asam dan daya tahan tubuh sangat menentukan perjalanan penyakit selanjutnya. Pada kebanyakan kasus, respon imun tubuh dapat menghentikan multiplikasi kuman, sebagian kecil kuman menjadi dorman. Pada penderita dengan daya tahan tubuh yang buruk, respon imun tidak dapat menghentikan multiplikasi kuman sehingga akan menjadi sakit pada beberapa bulan kemudian.

Tuberkulosis Post primer
Terjadi setelah peride laten (beberapa bulan/tahun) setelah infeksi primer. Dapat terjadi karena reaktifasi dan reinfeksi. Reaktifasi terjadi akibat kuman dorman yang berada pada jaringan selama beberapa bulan/tahun setelah infeksi primer, mengalami multiplikasi. Karakteristik TB post primer adalah adanya kerusakan paru yang luas dengan kavitas, hapusan dahak BTA positif, pada lobus atas, umumnya tidak terdapat limfadenopati intratoraks.

Gejala
Respiratorik : batuk > 3 minggu, berdahak, batuk darah, nyeri dada, sesak napas.
Sistemik : demam, keringat malam, malaise, nafsu makan menurun, berat badan turun.
Penderita dengan gejala tersebut dianggap suspek TB dan harus diperiksa dahaknya. Pemeriksaan dahak dilakukan 3 kali (pagi-sewaktu-pagi/SPS) dengan cara pengecatan.


Pemeriksaan Fisik
            Tanda Fisik penderita TB tidak khas, tidak dapat membantu untuk membedakan TB dengan penyakit lain. Tanda fisik tergantung pada lokasi kelainan serta luasnya kelainan struktur paru. Dapat ditemukan tanda-tanda antara lain penarikan struktur sekitar, suara napas bronkial, ronki basah, keredupan dan suara napas menurun hingga tidak terdengar.

Pemeriksaan Laboratorium
            Pemeriksaan bakteriologis sangat berperan dalam menegakkan diagnosis. Pemeriksaan dapat dilakukan secara mikroskopis dan biakan. Diagnosis TB ditegakkan dengan ditemukannya basil tahan asam (BTA) pada pemeriksaan hapusan sputum secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan positif  bila sedikitnya 2 dari 3 spesimen dahak ditemukannya BTA (+).

Foto Toraks
            Gambaran Radiologis yang dicurigai Lesi TB aktif :
1.          bayangan berawan/noduler di segmen apikal dan posterior lobus atas dan segmen superior lobus bawah paru.
2.          kavitas,terutama lebih dari satu, dikelilingi bayangan opak berawan/noduler.
3.          bayangan bercak milier.
4.          efusi pleura.
Gambaran Radiologis yang dicurigai TB Inaktif :
1.          fibrotik
2.          kalsifikasi
3.          penebalan pleura

Diagnosis
            Diagnosis TB paru dapat ditegakkan dengan ditemukannya BTA pada pemeriksaan dahak secara mikroskopis. Hasil pemeriksaan dinyatakan positif apabila sedikitnya dua dari tiga spesimen SPS – BTA hasilnya positif.
Bila hanya 1 spesimen yang positif perlu diadakan pemeriksaan lebih lanjut yaitu foto Rontgen dada atau pemeriksaan dahak SPS ulangan.
-          kalau hasil rontgen mendukung TB, maka penderita didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
-          Kalau hasil rontgen tidak mendukung TB, maka pemeriksaan dahak SPS diulangi lagi.
Apabila fasilitas memungkinkan, maka dapat dilakukan pemeriksaan lain yaitu pemeriksaan biakan.
Bila ketiga spesimen dahak hasilnya negatif, diberikan antibiotik spektrum luas (misalnya kotrimoksazol atau amoksisilin) selama 1 – 2 minggu. Bila tidak ada perubahan, namun gejala klinis tetap mencurigakan TB, ulangi pemeriksaan dahak  SPS.
-          Kalau hasil SPS positif, didiagnosis sebagai penderita TB BTA positif.
-          Kalau hasil SPS tetap negatif, lakukan pemeriksaan foto rontgen dada, untuk mendukung diagnosa TB.
o   Bila hasil rontgen mendukung TB, didiagnosis sebagai penderita TB BTA negatif, rontgen positif.
o   Bila hasil rontgen tidak mendukung TB, penderita tersebut bukan Penderita TB.

Pengobatan
Tujuan pengobatan tuberkulosis adalah untuk menyembuhkan penderita, mencegah kematian, mencegah relaps, menurunkan penularan kepada orang lain  dan mencegah terjadinya resistensi terhadap Obat Anti TB (OAT). Untuk itu diperlukan OAT yang efektif dengan pengobatan jangka pendek.
Terdapat 3 aktifitas obat anti Tuberkulosis yaitu :
1.      obat bakterisidal : INH, rifampisin, pirazinamid.
2.      OAT dengan kemampuan sterilisasi : Rifampisin dan Pirazinamid.
3.      OAT dengan kemampuan mencegah resistensi : Rifampisin dan INH, sedangkan Streptomisin dan etambuthol kurang efektif.




Regimen Pengobatan yang direkomendasikan untuk pengobatan tiap kategori TB
Kategori
Kriteria
Anjuran paduan pengobatan
Paduan alternatif
I
-      Kasus Baru, BTA (+)
-      BTA (-), Lesi Luas, sakit Berat, Rontgen sesuai untuk TB
-      TB ekstra paru berat
2 RHZE/4 RH
2 RHZE/4 R3H3
II
-      Kambuh
-      Gagal
-      Lalai
2RHZES/1 RHZE/5 RHE
2RHZES/1 RHZE/5 R3H3E3
III
-      Kasus Baru, BTA (-), Lesi Minimal
-      TB Extra Paru Ringan
2 RHZ/ 4 RH
2 RHZ/ 4 R3H3
IV
-      Kasus Kronik
-      MDR TB
Sesuai Uji Resistensi
H seumur Hidup
Komplikasi
Komplikasi berikut sering terjadi pada penderita stadium lanjut :
a.           Hemoptisis berat (perdarahan dari saluran napas bawah) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau terseumbatnya jalan napas
b.          Kolaps dari lobus akibat retraksi bronkial.
c.           Bronkiektasis (pelebaran bronkus setempat) dan fibrosis (pembentukan jaringan ikat pada proses pemulihan atau reakitf pada paru.
d.          Pneumothoraks (adanya udara di dalam rongga pleura) spontan, kolaps spontan karena kerusakan jaringan paru.
e.           Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang persendian, ginjal dan sebagainya.
f.           Insuffisiensi kardio pulmoner (Cardio Pulmonary Insufficiency)

Penderita yang mengalami komplikasi berat perlu dirawat inap di rumah sakit.
Penderita TB Paru dengan kerusakan jaringan luas yang telah sembuh (BTA negatif) masih bisa mengalami batuk darah. Keadaan ini sering kali dikelirukan sebagai kasus kambuh. Pada kasus seperti ini, pengobatan dengan OAT tidak diperlukan, tetapi cukup diberikan pengobatan simptomatis saja. Bila perdarahan berat, penderita harus dirujuk ke unit spesialistik.

0 komentar:

newer post older post Home