Pleura terdiri dari dua membran yaitu pleura parietalis yang menutup permukaan paru dan pleura visceralis yang menutup dinding dada bagian dalam dan diafragma. Keduanya akan bertemu di hilus paru.
Pleura seringkali mengalami kelainan patogenesis seperti terjadinya efusi cairan, misalnya hidrotoraks dan pleuritis eksudativa karena infeksi, hemotoraks bila rongga pleura berisi darah, kilotoraks (cairan limfe), piotoraks atau empiema torasis bila berisi udara. Penyebab kelainan patologi pada rongga pleura bermacam – macam, terutama karena infeksi tuberculosis atau nontuberkulosis, keganasan, dan trauma.
Efusi pleura terjadi apabila produksi meningkat minimal 30 kali normal (melewati kapasitas maksimum ekskresi) dan atau adanya gangguan pada absorbsinya.
Pada orang normal, cairan di rongga pleura sebanyak 1 – 20 ml. Jumlah cairan di rongga pleura tetap, karena adanya keseimbangan antara produksi (oleh pleura parietalis) dan absorbsi (oleh pleura visceralis). Keadaan ini bisa terjadi karena adanya tekanan hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan osmotik koloid pleura visceralis 10 cm H2O.
Dalam keadaan normal cairan pleura dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura. Selain itu cairan pleura dapat melalui pembuluh limfe sekitar pleura.
Proses penumpukan cairan dalam rongga pleura dapat disebabkan oleh peradangan. Bila proses radang disebabkan oleh kuman piogenik akan terbentuk pus/nanah, sehingga terjadi empiema/piotoraks. Bila proses ini mengenai pembuluh darah sekitar pleura dapat menyebabkan hemotoraks.
Cairan pleura :
1. Eksudat
2. Transudat
3. Chylus
Eksudat disebabkan oleh karena adanya kerusakan pada capillary bed di paru pleura dan jaringan sekitarnya. Keadaan ini didapat pada keganasan, infeksi maupun inflamasi.
Transudat bisa disebabkan oleh karena tekanan hydrostatik yang meningkat atau tekanan osmotik yang menurun. Keadaan ini didapatkan pada kegagalan jantung, kadar protein yang rendah atau vena cava superior syndrome.
Absorbsi terhambat oleh karena :
1. Obstruksi pada stomata
2. Gangguan kemampuan kontraksi saluran lymphe
3. Infiltrasi pada kelenjar getah bening
4. Kenaikkan tekanan vena sentral tempat masuknya saluran lymphe.
Keluhan yang sering ada adalah nyeri pleura, batuk dan sesak. Nyeri pleura menunjukkan adanya keradangan pada pleura parietalis. Biasanya keadaan ini disertai adanya friction rub yang didapat pada palpasi atau auskultasi. Batuk disebabkan oleh adanya collaps paru pada pneumotoraks. Sesak disebabkan oleh karena otot nafas tidak efisien oleh karena otot nafas teregang oleh pembesaran dinding dada dan otot diafragma yang rendah. Sesak napas akan segera hilang setelah pengambilan cairan meskipun penambahan volume paru dan oksigenasinya tak begitu meningkat. Dengan pengobatan yang adekwat terhadap penyakit dasarnya, biasanya dapat sembuh.
Pneumotoraks adalah penimbunan udara atau gas di dalam rongga pleura.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
Rongga pleura adalah rongga yang terletak diantara selaput yang melapisi paru-paru dan rongga dada.
Terdapat beberapa jenis pneumotoraks yang dikelompokkan berdasarkan penyebabnya:
- Pneumotoraks spontan.
Terjadi tanpa penyebab yang jelas.
Pneumotoraks spontan primer terjadi jika pada penderita tidak ditemukan penyakit paru-paru. Pneumotoraks ini diduga disebabkan oleh pecahnya kantung kecil berisi udara di dalam paru-paru yang disebut bleb atau bulla. Penyakit ini paling sering menyerang pria berpostur tinggi-kurus, usia 20-40 tahun. Faktor predisposisinya adalah merokok sigaret dan riwayat keluarga dengan penyakit yang sama.
Pneumotoraks spontan sekunder merupakan komplikasi dari penyakit paru-paru (misalnya penyakit paru obstruktif menahun, asma, fibrosis kistik, tuberkulosis, batuk rejan).
- Pneumotoraks traumatik.
Terjadi akibat cedera traumatik pada dada. Traumanya bisa bersifat menembus (luka tusuk, peluru) atau tumpul (benturan pada kecelakaan kendaraan bermotor). Pneumotoraks juga bisa merupakan komplikasi dari tindakan medis tertentu (misalnya torakosentesis).
- Pneumotoraks karena tekanan.
Terjadi jika paru-paru mendapatkan tekanan berlebihan sehingga paru-paru mengalami kolaps. Tekanan yang berlebihan juga bisa menghalangi pemompaan darah oleh jantung secara efektif sehingga terjadi syok.
Gejalanya sangat bervariasi, tergantung kepada jumlah udara yang masuk ke dalam rongga pleura dan luasnya paru-paru yang mengalami kolaps (mengempis).
Gejalanya bisa berupa: Nyeri dada tajam yang timbul secara tiba-tiba, dan semakin nyeri jika penderita menarik nafas dalam atau terbatuk :
- Sesak nafas
- Dada terasa sempit
- Mudah lelah
- Denyut jantung yang cepat
- Warna kulit menjadi kebiruan akibat kekurangan oksigen.
- Gejala-gejala tersebut mungkin timbul pada saat istirahat atau tidur.
Gejala lainnya yang mungkin ditemukan:
- Hidung tampak kemerahan
- Cemas, stres, tegang
- Tekanan darah rendah (hipotensi).
Pemeriksaan fisik dengan bantuan stetoskop menunjukkan adanya penurunan suara pernafasan pada sisi yang terkena. Trakea (saluran udara besar yang melewati bagian depan leher) bisa terdorong ke salah satu sisi karena terjadinya pengempisan paru-paru.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan:
- Rontgen dada (untuk menunjukkan adanya udara diluar paru-paru)
Tujuan pengobatan adalah mengeluarkan udara dari rongga pleura, sehingga paru-paru bisa kembali mengembang. Pada pneumotoraks yang kecil biasanya tidak perlu dilakukan pengobatan, karena tidak menyebabkan masalah pernafasan yang serius dan dalam beberapa hari udara akan diserap. Penyerapan total dari pneumotoraks yang besar memerlukan waktu sekitar 2-4 minggu. Jika pneumotoraksnya sangat besar sehingga menggangu pernafasan, maka dilakukan pemasangan sebuah selang kecil pada sela iga yang memungkinkan pengeluaran udara dari rongga pleura. Selang dipasang selama beberapa hari agar paru-paru bisa kembali mengembang. Untuk menjamin perawatan selang tersebut, sebaiknya penderita dirawat di rumah sakit. Untuk mencegah serangan ulang, mungkin perlu dilakukan pembedahan. Hampir 50% penderita mengalami kekambuhan, tetapi jika pengobatannya berhasil, maka tidak akan terjadi komplikasi jangka panjang.
Pada orang dengan resiko tinggi (misalnya penyelam dan pilot pesawat terbang), setelah mengalami serangan pneumotoraks yang pertama, dianjurkan untuk menjalani pemedahan. Pada penderita yang pneumotoraksnya tidak sembuh atau terjadi 2 kali pada sisi yang sama, dilakukan pembedahan untuk menghilangkan penyebabnya.
Pembedahan sangat berbahaya jika dilakukan pada penderita pneumotoraks spontan dengan komplikasi atau penderita pneumotoraks berulang. Oleh karena itu seringkali dilakukan penutupan rongga pleura dengan memasukkan doxycycline melalui selang yang digunakan untuk mengalirkan udara keluar. Untuk mencegah kematian pada pneumotoraks karena tekanan, dilakukan pengeluaran udara sesegera mungkin dengan menggunakan alat suntik besar yang dimasukkan melalui dada dan pemasangan selang untuk mengalirkan udara.
1 komentar:
Dear Doc,
Suami saya mengalami pneumothorax spontan, cici2ny sesuai dgn informasi di atas. Saat ini sudah dilakukan tindakan WSD, Hari ini 10 Hari dari pemasangan selang, belum dilepas Dan sempat tiba2 sesak lagi l, namun tdk berlangsung lama Hanya sebentar diberi oxygen kembali.
Yang ingin saya tanyakan, jika pasien dinyatakan clear hasil xrya bagus dan selang bisa dilepas, apakah memungkinkan untuk Naik pesawat 2 jam, posisi di Makasar dan kami tinggal di Jakarta, dengan escort perawat tentunya
Mohon pencerahannya.
Terima kasih.
Posting Komentar