Sabtu, 01 Januari 2011

Angiofibroma Nasofaring


Angiofibroma Nasofaring adalah tumor jinak nasofaring, secara histologis jinak, secara klinis bersifat ganas, karena mempunyai kemampuan mendestruksi tulang dan meluas ke jaringan sekitarnya. Kaya pembuluh darah
- terjadi hanya pada laki-laki, biasanya selama masa prepubertas dan remaja. (7-21 tahun)

Etiologi
Belum jelas. berbagai macam teori banyak diajukan.
- teori jaringan asal, tempat perlekatan spesifik angiofibroma di dinding posterolateral atap rongga hidung.
- Faktor ketidakseimbangan hormonal (pertumbuhan yang abnormal dari kondrokartilago embrional, dimana hormon testosteron berperan dalam terbentuknya hamartomatous nidus dari jaringan konka inferior yang seharusnya tidak terdapat di nasofaring)
- trauma, inflamasi, infeksi, alergi, dan herediter.

Histopatologi
memiliki lobulus-lobulus, firm, tidak berkapsul, biasanya berwarna merah muda-keabuan atau ungu-kemerahan. à mikroskopis, memiliki pembuluh darah yang berdinding tipis dengan diameter beragam bergantung dari stroma jaringan ikat yang matang. jaringan ikat sembab dengan diantaranya didapatkan pembuluh-pembuluh darah lebar, yang sangat bervariasi dalam besar, bentuk, serta distribusinya. Pada beberapa tempat tampak adanya pembuluh-pembuluh darah kapiler yang saling berhubungan.

Gejala Klinis
epistaksis yang hebat, pembengkakan wajah, proptosis, dan gejala okular (diplopia dengan atau tanpa gangguan lapangan pandang)

Pemeriksaan Fisik
·         Inspeksi : Bentuk muka (“frog face”), mata menonjol.
·         Rinoskopi anterior, didapatkan tumor di bagian belakang rongga hidung. Fenomena palatum negative.
·         Rinoskopi posterior, didapatkan tumor di nasofaring merah kebiruan.
Pemeriksaan Tambahan
·         Ct scan, angiografi, MRI, untuk mengetahui perluasan tumor.
·         Biopsi tidak dianjurkan mengingat bahaya perdarahan.

Tumor akan tumbuh ekspansif
o   Ke lateral    : Menutup ostium tuba Eustchius, terjadi oklusi tuba, otitis media.
o   Ke anterior : Masuk ke rongga hidung menimbulkan buntu hidung unilateral / bilateral. Menimbulkan “frog face”. Masuk ke orbita, menyebabkan protrusion bulbi.
o   Ke bawah   : Mendesak palatum mole, menyebabkan bombans. Masuk ke orofaring, hipofaring, menyebabkan gangguan menelan dan sesak nafas..
o   Ke atas       : Mendesak dasar tengkorak, masuk ke rongga tengkorak.

Penatalaksanaan
Terapi Bedah
1.      Rhinotomi lateral, transpalatal, transmaksilla, atau melalui spenoethmoidal digunakan untuk tumor-tumor kecil (Fisch stadium I atau II).
2.      Melalui infratemporal fossa digunakan untuk tumor yang sudah melebar ke lateral.
3.      Melalui Midfacial degloving, dengan atau tanpa osteotomi LeFort, improves posterior access to the tumor (gambar 2).
Terapi Hormon: Penghambat reseptor testosteron flutamide
Radioterapi


0 komentar:

newer post older post Home