Minggu, 28 November 2010

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS


Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Menahun (P.P.O.M) ialah suatu kelainan klinik, dengan etiologi belum jelas,ditandai batuk-batuk kronis  disertai dahak dan sesak,napas berbunyi akibat meningkatnya tahanan jalan napas, dan bukan disebabkan oleh penyakit tuberkulosa, Pneumonia, penyakit Collagen, penyakit Jantung/Ginjal, Psychoneurosis.

Penyakit Paru Obstruktif Menahun (P.P.O.M.) meliputi :
1.      Asma
Ditandai sesak napas mendadak disertai bising mengi dan masa bebas keluhan.Weiss mendefinisikan asma,sebagiai gejala klinik, kenaikan reaktivitas “tracheo bronchial tree” terhadap berbagai rangsangan, ditandai dengan masa dyspneu dan wheezing sebagai gejala dari Obstruktif jalan napas.
2.   Bronkitis kronis
Suatu keadaan klinis,ditandai dengan batuk-batuk kronis dengan mengeluarkan dahak sepanjang hari dan kadang-kadang disertai sesak napas, selama sekurang-kurangnya 3 bulan per tahun, dan berlangsung selama 2 tahun berturut-turut
2.      Emfisema
Suatu keadaan klinis dengan kelainan struktur anatomis paru berupa pelebaran dan destruksi dinding alveoli dan bronkiolus terminalis disertai overinflasi.

Patogenesis Dan Patologi
Pada bronkitis kronik terdapat pembesaran kelenjar mukosa bronkus, metaplasia sel globet, inflamasi, hipertrofi otot polos pernapasan serta distrosi akibat fibrosis. Emsifema ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai kerusakan dinding alveoli. Secara anatomi dibedakan tiga janis emfisema:
Ø  Emfisema sentriasinar, dimulai dari bronkiolus respiratori dan meluas ke perifer, terutama mengenai bagian atas paru sering akibat merokok lama
Ø  Emfisema parasinar (paniobuler), melibatkan seluruh alveoli secara merata dan terbanyak pada paru bagian terbawah
Ø  Emfisema asinar distal (paraseptal), lebih banyak mengenai saluran napas distal, duktus dan sakus alveoler. Proses terlokalisir di septa atau dekat pleura
Obstruksi saluran napas pada PPOK bersifat ireversibel dan terjadi karena perubahan struktural pada saluran napas klecil yaitu inflamasi, Fibrosis, metaplasi sel globet dan hipertropi otot polos penyebab utama obstruksi jalan napas.

Patologi
Bronkitis kronik dihubungkan dengan hiperplasia dan hipertrofi kelenjar mukus submukosa saluran napas. Mukosa dan Submukosa menjadi edem, meradang dengan akibat terjadi sumbatan oleh mokus dan hipertrofi otot polos saluran napas. Emfisema terjadi karena berkurangnya rekoil elastik alveoli sehingga terjadi dilatasi alveoli.

Patogenesis
Asap rokok menyebabkan menurunys fungsi makrofak alveolar dan aktiviti silia yang menyebabkan infeksi/peradangan sehingga terjadi pembesaran dan edem kelenjar mokus.Keadaan ini dapat menyebabkan infeksi berukang yang dapat merusak asinus, kemudian terjadi hipersekresi akibatnya terjadi obstruksi yang irreversibel. Pada bronkitis kronik terjadi hipersekresi/lendir yang berlebihan merupakan salah satu penyabab yang penting untuk timbulnya obstruksi saluran napas. Pada emfisema oleh karena terjadi pelebaran yang menetap rongga udara distal dari bronkus terminalis disertai destruksi dindingnya tanpa fibrosis yang nyata. Beratnya emfisema ternyata berkolerasi dengan obstruksi aliran udara seperti yang tampak pada pengukuran VEP-1.

Gambaran Klinik
Gejala klinik
1.      Batuk,mengeluarkan dahak dan sesak napas, berupa serangan mendadak atau pada waktu mengadakan pergerakan tubuh. Perlu dinyatakan : sejak kapan, bagaimana sifat dan perjalanan batuknya, pagi atau malam , pengaruh musim, bagaimana sifat-sifat dahaknya.
2.      Penyakit-penyakit yang erat hubungannya dengan PPOM :
Ø  Eczema konstitusionil
Ø  Rinitis vasomotorika
Ø  Sinusitis
Ø  Quinke edema
Ø  Tak tahan makan/minum obat-obatan
3.      Anamnesa keluarga: biasanya ada keluaga ada yang sakit seperti penderita.
4.      Kemungkinan penunjuk alergi.
Keluhan-keluhan bila berhubungan dengan debu rumah ; Serpih-serpih kulit dan bulu binatang ; Jamur-jamur ; Tepugsari Makanan.
5.      Kemungkinan arah ke hiperreaktivitas  bronkial yang aspesifik :
Ø  Perubahan panas ke dingin atau sebaliknya
Ø  Adanya pedut/asap
Ø  Hujan/kelembaban
Ø  Musim
6.      Pengaruh Hormonal: haid, hamil, menopause.
7.      Keadaan sosial dan pekerjan.
      Keadaan perumahan: lembab/kering/dinding berjamur, binatang piaraan. Macam pekerjaan dan lingkungan kerja (occuptional asma).
8.   Pengobatan terdahulu dan bagaimana hasinya.

Tanda Fisik
1.      Keadaan Umum :
      Derajat sesaknya, sianosis +/-, batuk kering atau berdahak /berbunyi, bentuk toraks seperti tong, gerakan dada terbatas, bahu dan dada terangkat keatas dan otot-otot pernapasan pembantu tampak membesar, suara napas melemah, adanya wheezing inspiratoir/ekspiratoir.
Adanya ronki, hepar teraba. Adanya jari Tabuh.
Edama pada Tungkai.
2.      Adanya petunjuk timbulnya komplikasi atau sertanya penyakit lain: suhu tubuh meningkat, perubahan warna dan konsistensi sputum, adanya tanda-tanda Kor Pulmonale, Pneumotoraks, Pneumotoraks, Pneumonitis.

Pemeriksaan Roentgenologis
1.      Pemeriksaan Roentgenologis:
Ro doorlichting (Penerawangan) : pergerakan-pergerakan dada dan diafragma, keadaan jantung.
Toraks foto : adanya emfisema,avaskuler relatif, bleb, ektasis pneumonia/pneumotoraks/tumor, ruang retro sternal membesar.
2.      Pemeriksaan faal paru:
Penting: FEV 1 dan Ratio  FEV1
                                           FVC
Menentukan hiperreaktifvitas bronkus dengamn melakukan uji provokosi bronkial, dengan cara menghirup larutan histamin dari berbagai konsentrasi, dapat ditentukan nilai ambang histamin. Selain itu dapat pula untuk membuktikan timbulnya obstruksi bronkus oleh alergen tertentu dan menunjukan adanya reversibilitas obstruksi bronkus setelah diberi bronkodilator.
3.      Analisa Gas Darah: pH, PaO2, PaCO2, Saturasi Oksigen, Base excess.
Adanya ganguan gas darah menunjukan hebatnya obtruksi dan adanya kegagalan pernapasan.
4.      Evaluasi Alergi dengan Uji Kulit, Uji provokasi Bronkial dan pemeriksaaan serologis kadar IgE Antibodi.
5.      Adanya Eosinofil pada darah dan sputum, kadar Eosinofil Perifer 250/mm3.
6.      Sputum
Jumlah banyak, kental, jernih atau purulent dapat berbau atau tidak . Kadang-kadang ada blood steak, pengecatan ZN dan gram, pemeriksaan biakan dan uji kepekaan.
7.      Dicari adanya komplikasi-komplikasi: Penyakit jantung Kor Pulmonaele, infeksi Pneumonia, bronkiektasis. Semua pemeriksaan-pemeriksaan tersebut akan dapat mengarahkan diagnosa.

Diagnosa
Harus seteliti mungkin dan anamnesa yang baik dan lengkap masih menduduki tempat penting.

Diagnosa Banding
Ø  Penyakit Jantung Kongestif/Asma Kardiale
Ø  Sarcoidosis, Fibrosis Interstitialis
Ø  TB Paru
Ø  Penyakit Jamur
Ø  Bronkiektasis
Ø  Corpus alienum

Komplikasi
1.      Bronkitis bakterial, bronkopneumonia
2.      Pneumotoraks
3.      Kegagalan pernapasan pling sering
4.      Kor pulmonale dekompensata

Perjalanan Penyakit PPOM
Ditandai dengan Ekserbisa infeks bronkus-bronkiolus. Adanya kegagalan jantung kanan pada tahap lanjut penyakit paru obstruktifnya.

Penatalaksanaan
Tujuan Pengelolaan
1.      Mencegah berlarut-larut dan berlanjutnya penyakit paru obstruktif menahun
2.      Mengatasi ganguan fungsi paru dan dengan demikian dapat mengurangi keluhan-keluhan
3.      Meningkatkan kualitas hidup penderita PPOM yang sudah invalid/cacat. Pengobatan harus ditujukan pada mekanisme patogenesis dan patofisiologis dan disamping itu masih diperlukan pengobatan siptomatis oleh karena belum semua mekanisme diketahui secara pasti.
Harus diobati pula komplikasi-komplikasinya dan atau penyakiy-penyakit lain yang menyertai.


Dasar pengelolaan terhadap
1.      Alergi  : mematahkan mata rantai reaksi alergi dengan :
a.       Pencegahan
Ø  Eliminasi Alergen
o   Debu rumah, walau sukar dapat dihindari
o   Jamur, sukar dihindari
Ø  Sanasi: bila alergen tidak mungkin dieliminasi maka usahakan agar konsentrasi alergen serendah mungkin.
Ø  Desensibilisasi: hasilnya sangat bervariasi.
Ø  Disodiom chromoglycate : Menstabilkan membran sel mast sehingga dapat mencegah dilepaskannya mediator.
Ø  Ketotifen: dapat mencegah degranulasi sel mast. Mekanismenya belum diketahui pasti.
b.      Terapi :
Ø  Anti Histamin: Memblokir H1 reseptor, efektif pada alergi tipe segera.
Ø  Kortikosteroid: efektif pada obstruksi bronkus tipe lambat.
2.   Hiperreaktivitas Bronkial Aspesifik
a.   Eliminasi rangsangan: larangan  merokok, hindari tempat-tempat dengan iritan dan polusi, suhu rendah.
            Sanasi : iritasi sekecil mungkin, pilih pekerjaan yang sesuai.
b.   Pengobatan
Ø  Antikolinergik: Atropin, memblokir Asetilkolin Reseptor sehingga mematahkan refleks vagus.
Ø  Simpatikomitika, B2 Agonis selektif.

Mengingat banyak faktor yang mempengaruhi PPOM maka diperlukan terapi lebih dari satu macam obat dengan mengingat efek samping dari masing-masing obat. Bila ada infeksi sekunder harus diberi antibiotika khusus, untuk bronkitis kronis, masih dapat dibenarkan pemberian antibiotka sebagai sebagai profilaksis.


Pengelolaan Khusus
Rehabilitasi / fsio terapi.
Pendidikan
Ditujukan pada penderita, selain itu keluarganya juga perlu diberi penyuluhan tentang PPOM yang menyangkut masalah-masalah keluarga, masalah lingkungan dan masalah-masalah sosial, ekonomi.
Pendidikan tentang cara-cara pencegahan yaitu bagaimana melaksanakan Eliminasi sedapat-dapatnya dan bila hal ini ini tak mungkin, maka dilakukan sanasi dengan cara membuat konsentrasi alergen atau iritan sekecil mungkin.
Caranya dapat bermacam-macam seperti: mengedarkan buku kecil berisi petunjuk-petunjuk npraktis. Penyuluhan dengan film/audio visual. Dengan cara instruksi kelompok individual oleh paramedis atau dokter.

PPOK Eksaserbasi Akut
Eksaserbasi akut berarti perburukan gejala dibandingkan sebelumnya.
Gejala:
1.Sesak nafas bertambah
2.Produksi sputum meningkat
3.Perubahan warna sputum
Derajat eksaserbasi:
I (berat) mempunyai 3 gejala
II (sedang) memiliki 2 gejala
III (ringan) memiliki 1 gejala dari yang berikut:
-    URI 5 hari
-    Demam tanpa sebab yang lain
-    Wheezing meningkat
-    Batuk meningkat
-    RR/Nadi meningkat 20% dari base line


Penyebab:
-    Terbanyak disebabkan oleh infeksi tracheobronchial tree
-    Penyebab lain:
o   Polusi udara
o   Pneumonia
o   Gagal jantung kanan atau kiri atau aritmia
o   Emboli paru
o   Pneumothoraks spontan
o   Pemberian O2 tidak tepat
o   Obat-obatan (hipnotik, tranquilizer, diuretika)
o   Penyakit metabolik (diabetes, gangguan metabolik)
o   Status nutrisi jelek
o   Stadium akhir penyakit

Terapi:
1.Oksigen terkontrol
2.Bronkhodilator
3.Antibiotika
4.Mukolitik (saat eksaserbasi jarang memberikan manfaat)
5.Kortikosteroid (eksaserbasi berat)
6.Cairan dan elektrolit
7.Nutrisi

Penyulit
1.Gagal nafas
2.Infeksi berulang
3.Cor pulmonale

Pencegahan
-    Pencegahan terjadinya PPOK:
o   Hindari asap rokok
o   Hindari polusi udara
o   Hindari infeksi saluran nafas berulang
-    Mencegah perburukan PPOK
o   Berhenti merokok
o   Gunakan obat-obatan yang adekuat
o   Mencegah eksaserbasi berulang

Prognosis
Tergantung pada:
1.Beratnya Obstruksi
2.Adanya kor pulmonale
3.Kegagalan jantung kongestif
4.Derajat gangguan analisa gas darah
Bila dibuat diagnosa dini dan segera dikelola dengan optimal, prognosa adalah baik. Bila penderita sudah dalam stadium lanjut, dimana sudah terdapat kelainan-kelainan struktur jalan nafas, dapat berakibat fatal, dan survival 5 tahun hanya 40%. Bila penyebabnya defisiensi alfa 1, antitripsin, prognosa jelek.

0 komentar:

newer post older post Home