Apa istimewanya Kusta?
- Penyakit yang tidak berkembang ilmunya
- belum bisa dibiakkan kumannya
- Kita mesti menguasainya (katanya)
Menegakkan diagnosis Kusta= cardinal sign minimal 1 di antara 3:
- Ada kelainan kulit yang kemerahan atau hipopigmentasi yan hipoestesi sampai anestesi
- kerusakan saraf tepi (Penebalan saraf terutama yang wajib diperiksa: n aurikalus magnus, n ulnaris, n poplitea lateralis. Periksa pula kemungkinan kerusakan saraf kaya drop hand, clawing hand dll)
- BTA +.
Catatan: bila ragu-ragu bilang aja suspek, apa susahnya kan?
Pada prinsipnya pada kusta terjadi gangguan sensorik (hipostesi-anestesi), motorik (kerusakan saraf, kaya clawing hand, wrist drop, foot drop, dll) dan otonom (tidak berkeringat pada lesi, kulit kering/pecah)
Membagi-bagi Kusta
- Banyak yang mencoba membagi-bagi, kalo pakai Ridley Jopling mah repot, banyak banget yang mesti dihapal. Sederhananya sebenarnya Ridley Jopling ini membagi menjadi yang bentuk polar dan bentuk non polar yang labil. Di polar ada yang paling ringan yaitu TT, dan polar yang paling parah yaitu LL. Di tengah-tengahnya mulai dari BT, BB, dan BL. Adapula yang gak jelas alias bencong, kita sebut I (indeterminate)
- Kenapa orang kusta bisa beda-beda? Nah ini tergantung dari CMInya alias Cell Mediated Immunity yang terjadi dalam tubuh penderita. Amun imunnya kuat paling jadi TT, mun letoy? Bisa LL yang muncul.
- Tapi berbahagialah para DM, karena kita hanya dituntut menghapal pembagian versi WHO (paling-paling pas kena sial ujian disuruh menyebutkan Ridley Jopling). WHO hanya membagi menjadi Pausibasiler (PB) dan Multibasiler (MB). Poko’e bila dalam pemeriksaan mikroskopis tidak ditemukan kuman BTA, sementara ada tanda kusta langsung masukkan ke PausiBasiler (pausi=kosong). Mudah toh? Tanda lainnya seperti dalam tabel berikut:
| PB | MB |
Jumlah lesi | 1-5 | >5 |
UKK | Makula hipopigmentasi/eritema | Makula, papul sampai nodus |
Distribusi | Asimetris | Simetris |
Konsistensi lesi | Kering dan kasar | Halus dan berkilat |
Kelainan khusus | Sentral healing | Lesi bentuk kue donat Madarosis Ginekomastia Hidung pelana Suara sengau |
Anestesi | Jelas | Tidak jelas |
Kerusakan saraf | 1 | Banyak |
Jadi bisa dipahami kan? Bila memeriksa kusta yang kita lakukan bukah hanya anamnesa plus inspeksi, tapi lakukan juga: tes sensasi, periksa pembesaran saraf, periksa kerusakan saraf, periksa pula tanda-tanda yang lain seperti tanda tinta gunawan (pada lesi tinta tidak luntur), fasies leonated alias muka singa, pembesaran hidung, pembesaran lobus telinga, ada bagian tubuh yang tidak ditumbuhi rambut.
Periksa BTA
Eh, jar di puskesmas digawi pemeriksaan BTA untuk menilai hasil terapi. Yang diambil adalah di 3 tempat, yaitu di kedua cuping telinga, dan lesi yang paling aktif. Setelah diiskemikkan dengan skalpel di ambil jaringan à periksa dengan pewarnaan ZN.
Yang kita laporkan selain BTA +/- adalah:
- indeks bakteri (BI)
1+ | 1-10 dalam 100 LP |
2+ | 1-10 dalam 10 LP |
3+ | 1-10 dalam 1 LP |
4+ | 11-100 dalam 1 LP |
5+ | 101-1000 dalam 1 LP |
6+ | >1000 dalam 1 LP |
- indeks morfologi (MI)
jumlah bakteri utuh x 100%
jumlah semuanya
apa pentingnya indeks morfologi hayoo?
Jadi dalam menentukan kesembuhan kusta, secara akademik kusta dikatakan sembuh bila IMnya sama dengan 0 (walaupun BI masih positif)
Reaksi Kusta
Imunitas penderita saat menderita kusta tinggi dibanding orang sehat. Nah, basil-basil M leprae ini akan dianggap sebagai antigen. Sehingga pada episode yang sebenarnya kronis terjadi sebuah reaksi inflamasi akut akibat reaksi antigen + antibodi.
Pada saat pengobatan, banyak basil yang tewas yang menjadi antigen. Sehingga pada saat pengobatan dapat terjadi reaksi kusta. Selain karena pengobatan, reaksi juga bisa timbul akibat Infeksi rekuren, Pembedahan, Stress fisik, Imunisasi, Kehamilan, dan post partum awal.
Reaksi kusta dibagi menjadi 2, yaitu:
- Reaksi tipe 1 atau reaksi reversal, reaksi imun tipe 4, tanpa adanya nodul, klinisnya adalah kembali aktifnya lesi atau munculnya lesi baru.
- Reaksi tipe 2 atau Eritema Nodusum Leprosum, reaksi imun tipe 3, adanya nodul, klinisnya nodul eritem yang nyeri
- adapula yang disebut dengan fenomena lucio. Yang ini jelas sangat berat reaksinya. Klinis berupa plak atau infiltrat difus, merah muda, bentuk tak teratur dan nyeri. Lesi lebih berat tampak lebih eritematosa, purpura, bula, terjadi nekrosis dan ulserasi yang nyeri. Lesi lambat menyembuh dan terbentuk jaringan parut.
Pengobatan Kusta
- PB 1 lesi: ROM = Rifampisin 600 mg, Ofloksasin 400 mg, Minosiklin 100 mg satu kali pakai
- PB banyak lesi = Rifampisin 600 mg/bulan, DDS 100 mg/hari selama 6 bulan
- MB = Rifampisin 600 mg/bulan, DDS 100 mg/hari , Klofazimin 300 mg/bulan, Klofazimin 50 mg/hari. Selama 12 bulan
- Reaksi kusta:
- Istirahat
- Obat lepra diteruskan
- prednison 40-60 mg/hari tappering off
- meningkatkan dosis klofazimin menjadi 3x 100 mg/hari
- analgetik sedatif untuk mengatasi nyeri
Saat pengobatan diingat:
- periksa Hb (DDS bikin hemolisis dan methemoglobinemia),
- SGOT/SGPT dan ureum kreatinin: rifampisin sebenarnya aman karena dosisnya hanya sekali sebulan dan cuma 600mg. Tapi bagi yang sudah gangguan liver dan renal bisa hepatotoksik dan nefrotoksik. Termasuk dapson, hati-hati bisa hepatotoksik juga. Trimester 1 kehamilan jangan diberi rifampisin karena teratogenik.
3. Klofazimin, padahi pasien, kulit bisa behirang. Ibu hamil jangan diberi, soalnya bayinya bisa hirang kaina.
4. Ada orang yang kada tahan DDS atau rifampisin. Barii regimen yang untuk lepra multibasiler Klofazimin 50mg, ofloksasin 400mg, minosiklin 100mg setiap hari selama 6 bulan.
0 komentar:
Posting Komentar